Setelah lulus dari Waseda University dengan jurusan Ilmu Komputer, Akira memulai karirnya sebagai seorang systems engineer team leader di NTT DATA. Tertarik dengan VR, ia menyelenggarakan berbagai event VR di Jepang. Setelah keluar dari NTT DATA, ia bertemu dengan Andes di Jakarta melalui komunitas VR di Facebook. Ia sangat yakin terhadap masa depan VR dan mendirikan Shinta VR di Jakarta.
Andes merupakan lulusan dari University of Indonesia dengan jurusan Fisika (Material dan Materi Terkondensasi). Ia terjun ke teknologi VR dikarenakan hal ini merupakan kombinasi dari seni rupa dan teknologi dasar yang biasa ia tekuni. Andes memulainya dengan membangun sebuah tim VR dan membuat beberapa projek konten VR untuk korparasi sejak tahun 2015. Ia bertemu dengan Akira yang memiliki visi sama terhadap VR dan mendirikan Shinta VR bersama-sama.
Andrew mempelajari Virtual Reality di RWTH Aachen University, Jerman. Penelitian VR pertamanya berfokus pada natural interaction method. Ia menciptakan interaksi dalam VR menjadi lebih alami dengan mengkombinasikan modalitas manusia. Visinya adalah menjadikan VR sebagai channel untuk meningkatkan pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan. Setelah menyelesaikan studinya, ia bertemu dengan Andes di Jakarta dan mereka berdiskusi tentang masa depan VR. Terinspirasi dari diskusi tersebut, Andrew mengambil tindakan untuk merealisasikan visinya bersama Shinta VR.