Melanjutkan uraian tentang profil elemen para C-Level SHINTA VR, artikel kali ini membahas Akira Sou yang merupakan President Director of SHINTA VR. Dalam kesimpulan Andes, selaku Managing Director SHINTA VR, “Akira adalah (elemen) langit”. Melalui filosofi langit-udara, Akira ibarat pemberi sumber kehidupan seperti halnya elemen air. Langit adalah yang menaungi manusia dari segala marabahaya. Di langit terdapat udara yang mengisi hubungan keruangan antara langit, air, dan bumi. Terlebih, pada hakikatnya udara di langit pun berupa air. Tanpa keterkaitan keduanya, mustahil ada kehidupan di bumi.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapatlah kita simpulkan bahwa Akira dan Andrew (CTO SHINTA VR) adalah dua elemen yang paling erat terhubung di dalam SHINTA VR. Persis kenyataan itulah yang secara nyata berlangsung di dalam SHINTA VR. Pada konteks industri teknologi imersif, katakanlah, Akira memiliki banyak perspektif seputar ‘masalah’ dan ‘solusi’ yang ada di kepalanya, kemudian Andrew berusaha memvisualisasikan dari sudut pandang penerapan praktisnya secara teknologi. Akira yang membuat pemetaan atas produk SHINTA VR pada tataran konseptual, sedangkan Andrew berperan menkonkretkan problem solving berupa rancangan produk inovatif.
Singkatnya, Akira yang meletakkan dasar-dasar arsitektur sebuah produk inovatif yang SHINTA VR kerjakan. Dia mungkin orang pertama di balik layar SHINTA VR yang berperan membuat analisis awal pada saat mengimajinasikan sebuah solusi terhadap permasalahan teknologi di masyarakat. Pembagian peran seperti itu sangat cocok dengan karakter SHINTA VR yang adaptif dan secara metodologi dikatakan berhasil. Buktinya, di tangan Akira, SHINTA VR telah mengerjakan ratusan project di kancah global. Pandemi Covid-19 menjadi turning point bagi Akira Selama pandemi, Akira membuat keputusan tepat, yaitu mengoptimalisasi MilleaLab untuk pendidikan dan meresmikan SpaceCollab untuk human development.
Namun, hal yang Akira sayangkan adalah selama momen pandemi ia tidak bisa ke Indonesia untuk mengurus SHINTA VR secara intesif. Akira hanya memaksimalkan komunikasi dari Jepang secara virtual. Namun, lagi-lagi, itulah yang menjadi keberuntungan di masa pandemi, sebab SHINTA VR dapat memasarkan produknya kepada perusahaan-perusahaan di Jepang, dan di wilayah Asia-Pasifik. Bagaimanapun, Pendemi Covid-19 mengubah haluan kebutuhan masyarakat dunia menjadi cenderung memerhatikan teknologi sebagai solusi dari masalah dunia. Andes menambahkan begini, “Selama pandemi, kerja sama B2B SHINTA VR di Jepang sangat lancar. Jadi, kami dapat bertahan dan cukup tenang. Kami tidak terlalu cemas menyikapi Pandemi Covid-19, sebaliknya kami telah membuat langkah yang tepat. Hampir semua produk SHINTA VR betul-betul relevan pada masa pandemi.”
Sebagai lulusan Computer Science, Waseda University, Akira mengakui bahwa dirinya hanya melakukan sesuatu yang menyenangkan dirinya. Teknologi membuatnya bahagia karena teknologi merupakan panggilan jiwanya untuk tetap merasa hidup. Teknologi adalah langit yang terbuka dan penuh kemungkinan bagi Akira. Sehubungan dengan hal itulah, Akira sangatlah passionate terhadap teknologi dan selalu berkeinginan menciptakan teknologi yang sanggup memeberikan impact besar kepada masyarakat. Meskipun demikian, Akira sempat terheran juga dengan profil elemen yang Andes labeli pada dirinya. Andes adalah matahari, dan hanya pada langit, matahari mendapatkan tempatnya. Mereka berdualah yang pertama kali merintis SHINTA VR dan mengurusnya hingga seperti sekarang ini.
Menanggapi penilaian Andes tentangnya, Akira terkekeh lalu senyum, “I honestly don't know if I'm an air element, but if I were, Andes would be the Sun. Without him, SHINTA VR would definitely not have grown so much. I am lucky to have good founders. I think my role is to bring people who are more talented than me and work together with good harmony.” Akira adalah sosok inspiratif yang meyakinkan kepada kita semua bahwa teknologi tidak pernah ada batasnya. SHINTA VR, pada akhirnya, adalah sebuah kolaborasi nyata antara Jepang dan Indonesia dalam bidang teknologi imersif.
Comments