Filosofi SHINTA VR: A Flashback Series #3

Tibalah waktu kepulangan studi Andrew ke Indonesia. Andrew disambut pertemuan pertama antara Andes dengan Andrew. Pembahasan mimpi membuat perusahaan teknologi yang ingin dikerjakan Andes pun juga direspon positif oleh Andrew. Tidak butuh waktu lama bagi Andrew untuk memahami apa yang menjadi mimpi besarnya tersebut. Andes merasa Andrew salah satu partner yang tepat untuk memenuhi kebutuhan project bisnisnya dalam bidang teknologi.
Andes pun kian yakin, pesan yang terkandung dalam roadmap masa mudanya akan segera tercapai. Namun, sebelum menentukan nama perusahaan, Andes membentuk tim kecil dalam mengawali perusahaannya Virtual Reality tersebut. Salah satu orang lainnya adalah Adit, seorang programmer yang ditemuinya di media sosial. Hampir sama absurdnya dengan Andrew, Andes mencoba untuk memulai interaksi dengannya di Twitter.
Bisnis dan Teknologi VR
Pada saat itu, Adit membuat cuitan yang kira-kira seperti ini, “Aduh enak kali ya kalo buat skripsi tentang VR, gimana ya, tapi gue ga punya VR.” Mengingat dirinya baru saja membeli device VR Oculus Quest tersebut, layaknya mobil balap, Andes menginjak gas dengan kekuatan penuh untuk menemui Adit. Di hari kedua lebaran dirinya berkunjung ke rumahnya Adit sekaligus membawa VR miliknya. “Lu siapa?” kata Adit. “Ini gue Andes, yang DM lu di Twitter,” tutur Andes, dan obrolan pun terjadi. “Nih lu pake aja sekalian buat skripsi, tapi lu bantuin gue ya, gue butuh programmer” tawar Andes.
Setelah pertemuannya dengan Adit, Andes juga teringat akan dua temannya yang bernama Wisnu dan Aprian. Pada saat itu, Andes memutuskan untuk menemui keduanya yang masih berstatus sebagai Mahasiswa Teknik di Cilegon dalam misi memperkuat fondasi sebelum perusahaan berdiri. Andes selalau menganggap dirinya seperti bermain video game Suikoden, sebagai tokoh utama yang mengumpulkan 108 karakter.
Ketika Andes telah memiliki tim kecil dengan kekuatan super, Andes menyampaikan terkait perkembangan kondisi timnya saat itu dengan Akira. Sekiranya itu waktu yang tepat untuk menentukan nama dari kerajaan yang akan dibangunnya tersebut. Darah seni yang dimiliki Andes pun cukup berpengaruh terhadap penentuan nama itu, Andes mencatat sejumlah nama. Tapi, ia ingat momen seketika terbesit olehnya filosofi dari Dewi Shinta. Sosok dewi yang melambangkan kecantikan, keindahan, juga kemurniannya.
Filosofi SHINTA VR
Nama dengan filosofi yang sangat indah itu harus Andes diskusikan terlebih dahulu bersama Akira. “Nama yang sesuai dengan budaya Jepang, sempat namanya ToKa yang memiliki arti semacam itu,” ucap Andes. Berhubung Andes sangat jatuh cinta dengan keindahan dari filosofi dibalik Dewi Shinta, Andes melakukan riset lebih mendalam lagi mengenai arti Shinta dalam Bahasa Jepang. “Dari kata syin Kanji, Shinto memiliki arti kepercayaan. Kata dasarnya syin. Nah, Shinta di Jepang, adalah nama maskulin yang justru kebalikan di budaya Indonesia. Strong belief berarti pemberani, teguh pendirian,” lanjut Andes. Dengan begitu, SHINTA VR resmi menjadi nama perusahaannya tersebut.
Sekitar tahun 2015-2016, di Indonesia sedang marak berbagai bisnis start-up e-commerce dengan solusi permasalahan yang ingin mereka jawab. Andes pun meyaadari, perusahaan yang ingin ia bangun merupakan perusahaan teknologi, bukan e-commerce. “Gue bilang saat itu, kita jangan pernah berharap di 3 tahun pertama kita bikin investment. Terlebih kita di Indonesia, negara yang bahkan hingga saat ini disepelekan di bidang teknologi,” kenang Andes.
Sebagai benchmark, Andes pun pada akhirnya melihat perusahaan teknologi asal Amerika, Microsoft sebagai company benchmark, karena sudah masuk dalam bidang emerging technology pada untuk kebutuhan korporasi. “Microsoft juga memiliki produk seperti Windows, sembari mereka mengembangkan emerging technology dengan masuk ke dalam kebutuhan korporasi menggunakan strategi B2B,” sambung Andes saat menyiapkan strategi bisnis dan posibilatasnya.
SHINTA VR bergerak dibidang B2B
Pertanyaan baru pun muncul di pikiran Andes. Menurutnya, “Kalo kita ngikutin cara Microsoft, ini nggak akan seksi buat Venture Capital. Karena kita nggak akan bakar duit. Tapi emang buat apa bakar duit? Toh kita B2B dulu.” Maka dari itu, SHINTA VR sejak 2016 mengawali kiprahnya dengan sistem B2B, selama 3 tahun pertama. Di tahun 2022 ini, SHINTA VR telah konsisten mengembangkan 3 produk ritel yang berhasil mendapatkan apresiasi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Virtual Reality: Between Art and Science || How SHINTA VR Founded – A Flashback Series #1
Find Us! on Instagram