Your Gate to Everywhere

Perbincangan soal Metaverse memang sedang hangat-hangatnya. Salah satu faktor penyebab hype Metaverse adalah ketika Mark Zuckerberg secara resmi mengubah nama platformnya menjadi Meta. Banyak orang yang akhirnya bingung terhadap pengertian asli Metaverse. Bahkan tidak sedikit orang yang menganggap Metaverse salah satu bisnis baru CEO Facebook tersebut. Padahal Metaverse merupakan dunia virtual, tempat para penggunanya berinteraksi satu sama lain menggunakan avatar sebagai identitas dirinya. Jika artikel sebelumnya membahas mengenai virtual character di Metaverse, artikel ini fokus membahas tujuh lapisan pada Metaverse.
Lapisan pertama
Setiap lapisan Metaverse punya pengertiannya sendiri dan lapisan memengaruhi produktivitas di dalam Metaverse. Lapisan yang pertama disebut permukaan, yaitu ‘experience’. Pada lapisan ini, ‘experience’ berarti para pengguna Metaverse dapat merasakan kecanggihan teknologi. Di lapisan pertama, interaksi para pengguna dengan konten Metaverse juga termasuk ‘experience’.
Lapisan ke-2
Lapisan kedua adalah ‘discovery’. Dalam Metaverse, ‘discovery’ merupakan advertising network yang meliputi penempatan toko, rating systems, dan rekomendasi dari pengguna lain. Lapisan ini fokus membahas experiential learnings yang hadir sebagai hasil dari constant informational ‘push and pull’. ‘Push’ bermakna proses yang mengingatkan pengguna akan pengalaman selama di Metaverse. Sementara itu, ‘pull’ mewakili sistem ke dalam saat para pengguna secara aktif mencari informasi dan pengalaman di dalam Metaverse.
Lapisan ke-3
Lapisan ketiga disebut creator ‘economy’ ditujukan untuk semua teknologi yang digunakan oleh pembuat konten (content creator), dalam menghasilkan beberapa pengalaman di multiverse. Tujuan utama dari lapisan ketiga Metaverse ini adalah membangun lingkungan 3D imersif, yang bertujuan menarik pengunjung masuk ke dalamnya dan bebas melakukan apa saja. Hal ini membuktikan potensi Metaverse dalam perkembangan ekonomi dan mewadahi kesempatan bisnis.
Lapisan ke-4
Selanjutnya yaitu lapisan ‘spatial computing’. Pada lapisan keempar ini, ruang riil dan virtual digabungkan. Lapisan ini mendobrak batasan antara fisik (physical place) dan virtual (virtual places), baik pembuatan online 3D spaces yang memanipulasi tampilan kenyataan secara luar biasa atau peningkatan realitas dunia nyata melalui optimasi teknologi digital dan informasi. Istilah ‘tools’ yang digunakan dalam Metaverse seperti VR, AR, ataupun XR mengacu pada lapisan spatial computing ini.
Lapisan ke-5
Lapisan kelima adalah ‘decentralizations’. Pada dasarnya desentralisasi merupakan suatu bentuk pemberian kewenangan, sekaligus kemandirian, kepada unit atau pengelola yang tingkat kewenangannya lebih rendah pada sebuah struktur organisasi. Pemberian tersebut membentuk delegasi dalam pengambilan keputusan secara terpisah dan bebas. Lapisan kelima Metaverse ini memiliki elemen-elemen yang terdesentralisasi seperti Blockchain, smart contracts, open-source code, dan digital identity.
Lapisan ke-6
Human interface Istilah ini mengacu pada seluruh teknologi digital yang kita kenakan saat masuk ke dalam Metaverse. Pengenaan teknologi digital tersebut demi mendapatkan pengalaman yang realistis dan imersif. Hal ini mencakup wearables, neural networks, virtual reality headsets, smart eyewear, and haptics.
Lapisan ke-7
Lapisan Metaverse yang terakhir adalah ‘infrastructures’. Pengertian infrastruktur pada tujuh lapisan pada Metaverse ini merupakan segala teknologi yang mendorong, menghubungkan, dan memungkinkan perangkat digital kita. Contohnya, data centres, cloud computing, wireless, materials, dan pemrosesan. Selain itu, pada lapisan ini kita semakin memahami bahwa Metaverse diperkuat dengan teknologi yang terbagi menjadi lima clusters. Diantaranya AI (artificial intelligence), display teknologi (AR, VR, MR, XR, and ER), teknologi video game (Unreal Engine, Unity 3D game engine), network computational, and Blockchain.
Baca juga Digital Art and Discovering the Metaverse
Find Us on @shintavrid